Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan kita, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Kita hidup di zaman yang sangat berbeda dengan generasi sebelum kita. Teknologi digital hadir bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, ia memudahkan kita untuk belajar, bekerja, dan berkomunikasi. Namun di sisi lain, ia membawa tantangan besar, terutama dalam menjaga integritas dan amanah.
Hari ini, seorang siswa dapat menemukan jawaban ujian hanya dengan sekali klik. Guru bisa mengambil materi orang lain tanpa mencantumkan sumber. Pegawai pun bisa tergoda menyalahgunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. Semua itu adalah ujian, apakah kita tetap amanah atau justru tergelincir oleh kemudahan teknologi.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
﴿ إِنَّ ٱللَّهَ يَأۡمُرُكُمۡ أَن تُؤدُّواْ ٱلۡأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهۡلِهَاۖ وَإِذَا حَكَمۡتُم بَيۡنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحۡكُمُواْ بِٱلۡعَدۡلِۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا ﴾
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)
Ayat ini jelas sekali: setiap kita, apapun profesinya, terikat oleh amanah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: « لَا إِيمَانَ لِمَنْ لَا أَمَانَةَ لَهُ، وَلَا دِينَ لِمَنْ لَا عَهْدَ لَهُ » (رواه أحمد)
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ahmad)
Hadits ini menegaskan bahwa amanah bukan sekadar sifat tambahan, tetapi bagian dari iman itu sendiri.
Integritas di Era Digital
Jamaah yang dirahmati Allah,
Di era digital, integritas diuji dengan cara yang mungkin tidak kita sadari. Contoh sederhana, seorang siswa yang mengaku mengerjakan PR, tetapi sebenarnya hanya menyalin dari internet. Seorang guru yang seharusnya menyiapkan materi dengan sungguh-sungguh, tetapi memilih jalan pintas dengan mengambil bahan tanpa adaptasi. Seorang pegawai yang diberi tanggung jawab mengelola anggaran, tetapi tergoda untuk menggunakannya demi kepentingan pribadi.
Di media sosial, setiap kata yang kita ketik, setiap gambar yang kita bagikan, setiap komentar yang kita tinggalkan akan menjadi cermin siapa diri kita sebenarnya. Dunia mungkin tidak selalu tahu, tetapi Allah Maha Melihat. Bukankah Nabi ﷺ pernah bersabda bahwa kejujuran membawa pada kebaikan, sedangkan kebohongan menyeret pada keburukan?
Amanah Dimulai dari Hal Kecil
Seringkali kita merasa amanah hanya soal jabatan besar: menjadi pemimpin, pejabat, atau orang terkenal. Padahal amanah justru dimulai dari hal-hal sederhana.
Seorang siswa yang jujur dalam ujian.
Seorang guru yang adil dalam menilai dan sungguh-sungguh menyiapkan pembelajaran.
Seorang pegawai yang melayani masyarakat dengan tulus dan tidak memanipulasi laporan.
Nabi ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: « أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ » رواه الترمذي
“Sampaikan amanah kepada orang yang mempercayakan amanah kepadamu, dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadits ini menunjukkan bahwa amanah adalah prinsip yang tidak bisa ditawar. Bahkan jika orang lain berbuat curang, kita tetap dituntut untuk jujur.
Penerapan Bagi Siswa dan Guru
Bagi siswa madrasah, menjaga integritas artinya belajar dengan sungguh-sungguh, jujur dalam ujian, disiplin hadir di kelas, serta menggunakan media sosial dengan bijak. Siswa yang terbiasa berbohong atau mencontek mungkin terlihat berhasil di awal, tapi ia sedang meruntuhkan bangunan kepribadiannya sendiri. Ingatlah, nilai sejati bukan sekadar angka di rapor, tetapi karakter yang dibangun dari kejujuran.
Bagi guru dan pegawai, menjaga amanah berarti melaksanakan tugas dengan ikhlas, melayani dengan adil, dan menghindari segala bentuk penyalahgunaan wewenang. Guru yang tulus akan menjadi teladan. Pegawai yang amanah akan menjaga marwah institusi. Ingatlah, masyarakat menaruh kepercayaan pada institusi kita sebagai penjaga nilai-nilai spiritual. Sekali kepercayaan itu hilang, sulit untuk mengembalikannya.
Refleksi Humanis
Mari kita bayangkan. Ada seorang siswa yang selalu jujur dalam ujian. Nilainya tidak selalu tinggi, tapi ia dihormati teman-temannya. Ada pula seorang guru yang tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga mendidik dengan kasih sayang, mengingatkan muridnya dengan sabar. Atau seorang pegawai yang menolak “jalan pintas” meski itu membuat pekerjaannya lebih sulit.
Apa yang mereka lakukan mungkin terlihat kecil, tetapi sesungguhnya itulah yang menjaga keberkahan. Allah melihat usaha mereka, dan insyaAllah akan membalas dengan kebaikan yang jauh lebih besar.
Hikmah dan Penutup
Integritas dan amanah adalah dua hal yang harus berjalan bersama. Tanpa integritas, amanah mudah dikhianati. Tanpa amanah, integritas hanya menjadi slogan.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah, mari kita bertanya kepada diri sendiri:
Apakah saya sudah amanah dengan tugas saya sebagai pelajar?
Apakah saya sudah jujur dalam pekerjaan saya sebagai guru atau pegawai?
Apakah saya sudah menggunakan teknologi digital untuk kebaikan, bukan keburukan?
Jika jawabannya belum, maka inilah saatnya memperbaiki diri. Jangan tunggu sampai kita diingatkan dengan cara yang menyakitkan. Mari mulai dari hal kecil, dari diri sendiri, dari sekarang.
Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang amanah dan berintegritas, baik di dunia nyata maupun di dunia digital.
Doa:
Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang amanah, jujur, dan penuh integritas. Berkahilah ilmu kami, pekerjaan kami, keluarga kami, serta negeri kami. Jauhkan kami dari sifat khianat dan ketidakjujuran. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.