Yogyakarta (MAN 1 YK)—Kesadaran toleransi antar umat beragama harus terus ditingkatkan. Sebab toleransi beragama menjadi kebutuhan yang mendesak dalam kehidupan bersama, di tengah kemajemukan suku, ras, bahasa, agama dan budaya, serta tradisi. Sejarah mencatat, betapa toleransi antar umat beragama telah diterapkan sejak zaman dahulu, seperti yang diungkap dalam penelitian Siswa Baru MAN 1 Yogyakarta Karang Jimbaran Setyatrisila (Kelas X).
Hasil penelitian yang berjudul ‘The Crescent Arising Beside the Palace: The History of Tolerance Aming Muslim and Hindu Kingdom of Karangasem Bali’ ini telah mengantar siswa ini meraih medali emas dalam ajang International Conference of Young Social Scientists (ICYSS) 2021, untuk pelajar jenjang SMP dan SMA/MA di Belgrade, Serbia, berlangsung Jumat-Ahad(25-27/06/2021).
Saat dihubungi siswa yang akrab disapa Jimbaran ini menuturkan, ia mewakili Bidang History, yang meliputi: Sosiologi, Psikologi, Geografi, Ekonomi dan History. Pendaftaran berkas sejak Juni 2020. Kemudian pelaksanaan seleksi dari Provinsi mulai Juli-Agustus 2020 silam.
“Alhamdulillah meraih Gold Medal Lolos ke tingkat Nasional bulan November 2020, dan Meraih Gold Medal lagi serta mewakili tim Indonesia. Pembinaan untuk tim Indonesia sejak Januari sampai Juni 2021, Alhamdulillah dapat Gold lagi,” terangnya, Senin(28/06/2021) pagi.
Lanjutnya, sebagai persiapan, setelah lolos masuk tim Indonesia, ia melakukan penelitian lebih dalam diawali observasi ke lapangan dan wawancara online karena memasuki masa pandemi, serta mencari referensi, pembinaan dengan pakar.
“Bagaimana memelihara dan menjaga toleransi dengan toleransi berbasis tradisi antara Masyarakat Muslim dan Kerajaan Hindu Karangasem di Bali,” ucap siswa kelahiran Denpasar 1 Maret 2006, putra dari Slamat Trisila dan Novely Setyaningsih itu.
Dalam komunikasi internasional, Bahasa Inggris menjadi bahasa utama dalam kompetisi ini. Maka untuk mengasah kemampuannya dalam berbahasa Inggris, ia berlatih speaking bersama orang tua dan bersama guru dari Kampung Inggris Pare, Kediri secara online, juga bimbingan guru English di sekolah.
“Saat proses pembinaan selama enam bulan dengan para pakar dan mentor nasional, yang membuat saya semakin terasah dalam bidang Social Research,” pungkas. (dzl)