Yogyakarta (MAN 1 YK)--“Kreatif dan penuh semangat,”itulah kesan yang pantas diucapkan pada dua siswa MAN 1 Yogyakarta, yaitu Fatmasari Mudzakkir dan Fariz Azhami Ahmad. Keduannya merupakan anggota kelas XI Program studi IPA. Walaupun keduanya sibuk belajar di madrasah, namun keduanya mampu membagi waktu, tenaga, dan pikiran untuk berkarya. Bahkan mampu berprestasi dalam ragam perlombaan di luar madrasah.
Baru-baru ini. Fatmasari Mudzakkir berhasil meraih juara 1 dalam lomba pembuatan Short Movie dalam Moehi National Competition(Monaco) 2017 yang diselenggarakan oleh SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, Ahad(3/9) kemarin, Jalan Gotongroyong II, Karangwaru, Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Sedangkan Fariz Azhami Ahmad berhasil meraih juara 3 dalam Photography.
Saat ditemui, Ima demikian sapaan akrab Fatmasari Mudzakkir menuturkan, ia bersama 10 orang temannya bekerjasama dalam membuat film pendek itu. Dikatakan, waktu dalam pembuatan film ini tidaklah banyak, sekitar 4 hari saja.
Short Movie karya Ima berhasil terpilih menjadi terbaik dalam kompetisi ini, setelah bersaing dengan 7 utusan SMA lainnya nasional. Adapun tiga film terbaik dalam perlombaan ini, yaitu “Keyla” karya Ima asal MAN 1 Yogyakarta meraih juara 1, “Raket” karya siswa SMA Sciense Plus Baitul Quran meraih juara 2, kemudian “Serpoteh” karya siswa SMAN Situbondo meraih juara 3.
Tutur Ima, film pendek karyanya mengandung pesan moral, yaitu bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan tidak menjadi beban orang lain atau bahkan menambah masalah baru.
Prestasi yang diraih Ima tidaklah mudah. Dalam proses pembuatan banyak kendala yang dihadapi. “Kurang waktu, timnya terkadang ‘ngaret’, saat take banyak bercanda,”kenang siswi berparas cantik, kelahiran Sleman, 18 Mei 2001 itu.
Wakil Kepala MAN 1 Yogyakarta Bidang Kesiswaan Singgih Sampurno, MA. sangat mengapresiasi kreatifitas dan prestasi siswa ini. Menurutnya, Film pendek merupakan sebuah terobosan baru bagi dunia perfilman saat ini. “Durasinya singkat, pesannya tersampaikan,”ujarnya.
Ungkapnya, di era modern banyak orang yang sibuk sehingga tidak sempat untuk menonton film dengan durasi yang panjang atau lama. Namun demikian, ia juga mengingat jangan sampai kegiatan ini, dapat mematikan kreatifitas film panjang.
Singgih menambahkan, madrasah akan memberikan wadah kreatifitas ini. “Tentunya dengan mempertimbangkan hal-hal yang terkait, antara lain pendanaan, materinya, pemeran tokoh,”ujar Singgih Sampurno guru Bahasa dan Sastra Indonesia itu. (dzl)