Yogyakarta (MAN 1 YK) -- Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (P5 & PPRA) merupakan salah satu inovasi pendidikan yang dikembangkan di dalam Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, MAN 1 Yogyakarta mengimplementasikan program tersebut dengan mengintegrasikan budaya kearifkan lokal. Integrasi tersebut dikarenakan bertepatan dengan peringatan Hari Keistimewaan D.I. Yogyakarta, Kamis (31/8/2023).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh guru, siswa, serta karyawan MAN 1 Yogyakarta dan mengenakan baju adat khas D.I. Yogyakarta. Kegiatan tersebut diawali dengan apel pagi yang diselenggarakan di lapangan utama MAN 1 Yogyakarta.
Uniknya, penyelenggaraan apel pagi menggunakan Bahasa Jawa Krama secara keseluruhan yang dipimpin oleh Surini, M.Pd selaku pimpinan apel. Ia menyampaikan bahwa D.I. Yogyakarta memiliki empat konsep kehidupan yaitu catur gatra tunggal.
Sesi pertama pada rangkaian kegiatan tersebut adalah perlombaan siswa-siswi. Terdapat empat perlombaan yang digelar yaitu: Dhimas Diajeng, Panem Brama, Maca Cekrak, dan Aksara Jawa. Antusiasme para siswa sangat tinggi dengan menampilkan hasil kreativitas masing-masing.
Dhimas Diajeng menampilkan warna-warni baju adat serta wawasan tentang D.I. Yogyakarta. Panem Brama ditampilkan kreasi lagu daerah Jawa beserta tariannya. Perlombaan Maca Cekrak para siswa menampilkan sebuah cerita berbahasa Jawa. Perlombaan terakhir adalah Aksara Jawa yang ditujukan untuk melestarikan salah satu budaya Jawa.
Perlombaan berlangsung sengit karena para siswa memberikan penampilan terbaiknya.
Sesi kedua yang digelar selepas menunaikan Salat Zuhur berjamaah adalah pembekalan P5 dengan mengadakan Seminar Kebhinekaan. Dalam seminar ini Drs. H. Wiranto Prasetyahadi, M.Pd selaku kepala madrasah menyampaikan tujuan diadakannya P5 & PPRA adalah mewujudkan profil pelajar pancasila sehingga wawasan serta penerapan kebangsaan terbentuk. Seminar tersebut diisi oleh Mayor Inf Agus Winarto PASIKOMSOS KOREM 072 Pamungkas Yogyakarta.
Agus Winarto menekankan bahwa keberagaman yang dimiliki Indonesia dapat disatukan berkat semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Sejatinya keberagaman tersebut menjadi kekayaan dan kekuatan bagi Indonesia. Kerukunan yang terbangun antar keberagaman disebabkan prinsip yang kuat dalam memegang teguh semboyan ini.
Ia menambahkan bahwa semboyan tersebut menata dan mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kemudian, rangkaian kegiatan ditutup dengan pengumuman hasil perlombaan. (mas/dzl)