Yogyakarta (MAN 1 YK)—Iman dan ilmu menjadi kunci utama untuk meningkatkan nilai, derajat dan martabat manusia. Keduanya tidak pisah dipisahkan untuk menggapai kemuliaan di sisi Allah SWT. Dewasa ini, keduanya sering dilupakan oleh para penutut ilmu, sehingga ilmu yang didapatkan tidak bermanfaat, bahkan menjadi faktor kerusakan di muka bumi ini.
Hal tersebut diungkapkan dalam pengajian bulanan, oleh narasumber Tajul Muluk, M.Ag, Senin(12/2). Melalui audio pusat ia berpesan kepada seluruh civitas akademika MAN 1 Yogyakarta agar mengambil pelajaran dan mencontoh para ulama terdahulu dalam menuntut ilmu.
Terang Tajul Muluk, iman dan ilmu, keduanya disebut bersamaan dalam satu konteks dan dijadikan satu penyebab naiknya derajat dan martabat manusia, segaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 11.
Menurutnya, ayat di atas menjadi spirit bagi para pelajar, santri, guru, ustadz, dan dosen, serta masyarakat. bahkan dikatakan, ayat tersebut tidak hanya mendorong para pembelajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan belaka, tetapi juga mendapatkan keberkahan ilmu yang mereka dapatkan.
untuk itu, ada langkah-langkah yang harus ditempuh oleh penuntut ilmu agar ilmunya berkah. Pertama, menyiapkan niat. Menurutnya, bagi muslim belajar bukan hanya sekedar aktivitas biasa, bukan sekedar olah otak ataupun hanyak sekedar mendapatkan pekerjaan yang baik. Lebih dari itu belajar merupakan bagian dari ibadah, bentuk kepatuhan kepada Allah SWT, serta menyiapkan diri untuk menerima cahaya dan pencerahan, serta sebagai usaha untuk menghilangkan kegelapan hati dan pikiran karena kebodohan.
Kedua, setelah niat belajar yang benar. Penuntut ilmu juga harus memperhatikan hal-hal yang perlu dilakukan sebelum berangkat ke tempat belajar(baca:sekolah). Antara lain, pamitan dan doa orang tua, membiasakan doa dan berhati-hati di perjalanan. Doa dan restu orang tua akan menimbulkan rasa bahagia dan kebanggaan di hati orang tua akan menimbulkan energi positif. Senada dengan “ridho Allah berbanding dengan ridho orang tua”.
Ketiga, menjaga akhlak mulia terhadap guru dan teman. Menurutnya, salah satu sebab keberkahan dan kemanfaatan ilmu adalah dengan cara menjaga kehormatan guru dan teman. Ulama dahulu, ungkapnya selalu mendoakan gurunya.
“Allahummas tur ‘aiba mu’allimii ‘anni wala tudzhib barakata ‘ilmihi minnii(Ya Allah, tutuplah aib guruku, dan janganlah engkau hilangkan ilmunya dariku,”ujarnya.
Dikatakan pula selain guru, teman juga bisa menjadi perantara ilmu. Seringkali penuntut ilmu bertanya kepada temannya tatkala tidak paham. Serta manakala ada salah satu teman yang bertanya, hendaklah menunggu dengan penuh kesabaran. Karena boleh jadi dengan pertanyaan yang diajukan itu, akan menambah pemahaman lebih mendalam. Karena itulah sikap dan etika antara sesama penuntut ilmu mesti dijaga dengan baik.
Dan keempat adalah memuliakan guru. Menurutnya, ilmu adalah cahaya. Sementara itu guru adalah media atau perantara cahaya itu. Pasalnya, tanpa mereka ilmu tidak akan sampai dengan baik.
Lanjutnya, penghormatan itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menyapanya dengan salam terbih dahulu, senyum dan menganggukkan kepala, mendengarkan penjelasan guru saat di kelas. (dzl)