Kota Yogyakarta (MAN 1 Yogyakarta)_ Pengajian rutin keluarga besar MAN 1 Yogyakarta yang diselenggarakan setiap tiga bulan sekali, pada pagi hingga siang hari Minggu (04/05-2025) diunduh oleh Rumpun IPS, bertempat di rumah Dr. H. Busyro Muqoddas, M.Hum. Pengajian yang sekaligus sebagai acara pamitan Ibu Dra. Soimah Kusuma Wahyuni, M.Pd., yang merupakan istri dari Dr. H. Busyro Muqoddas, M.Hum. ini diawali dengan pembacaan tilawah oleh Ustad Moch. Rofiuddin, S. Hum., salah satu guru Fiqih dan Qur’an Hadits di MAN 1 Yogyakarta,
Dalam sambutannya Dr. H. Busyro Muqoddas M.Hum., menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasihnya mewakili Ibu Soimah yang telah memasuki masa purna tugasnya sebagai guru yang telah mengabdikan ilmunya di MAN 1 Yogyakarta selama tiga puluh empat tahun. Busyro berharap kepada semua guru dan tenaga kependidikan di MAN 1 Yogyakarta agar semua pada saatnya nanti selesai bertugas di MAN 1 Yogyakarta dalam husnul khatimah.

Drs. H. Wiranto Prasetyahadi, M.Pd. selaku Kepala MAN 1 Yogyakarta dalam sambutannya mengucapkan terima kasihnya mewakili Rumpun IPS sebagai tuan rumah pengajian keluarga besar MAN 1 Yogyakarta ini. Wiranto merasa sangat bahagia karena dalam pengajian yang sekaligus sebagai acara perpisahan dengan Ibu Soimah ini, hadir hampir semua keluarga MAN 1 Yogyakarta. Dalam sambutan perpisahannya kepada Ibu Soimah , Wiranto berharap Ibu Soimah agar tetap sehat dan terus bersemangat dalam melanjutkan perjuangannya di masyarakat, dan Wiranto pun menyampaikan harapannya kepada seluruh hadirin dalam pengajian tersebut, agar dapat husnul khatimah semuanya dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di MAN 1 Yogyakarta.
Hadir sebagai narasumber dalam pengajian ini, Sudarmadi, S.Pd. beliau adalah Kepala Sekolah SD N Ungaran 1 Yogyakarta, yang juga dikenal sebagai ustadz dalam berbagai kelompok pengajian di masjid-masjid di kota Yogyakarta. Sudarmadi menyampaikan satu kalimat pembukanya: “Ada pertemuan pasti ada perpisahan.” Dalam perjalan hidup manusia ada tiga jenis panggilan dari Allah. Panggilan yang pertama melalui manusia biasa sebanyak 5x sehari. Ada yang ‘age-age’ ada pula yang ‘ngrende-ngrende’ menanggapi panggilan tersebut. Menurut Rasulullah, ada 3 tingkatan dari panggilan tersebut. Panggilan yang pertama, menentukan tingkatan manusia di hadapan Allah. Ada yang wajahnya berseri-seri seperti cahaya matahari, yaitu yang sebelum adzan dikumandangkan, dia telah mendatangi masjid. Tingkatan kedua, yang wajahnya bersinar seperti rembulan, yaitu yang segera datang ke masjid setelah adzan. Tingkatan ketiga adalah yang wajahnya berpendar-pendar seperti cahaya bintang, yaitu yang datang ke masjid setelah iqomah selesai dikumandangkan.
Panggilan ke-2 adalah ketika Allah memanggil manusia untuk berhaji. Panggilan ini melalui nabi Ibrahim Alaihi Salam, yaitu panggilan untuk berangkat haji. Di dunia ini macam ragam manusia yang memenuhi panggilan Allah ini. Ada yang punya harta-daftar- dan berangkat. Ada yang punya harta tetapi tidak segera berangkat. Ada yang secara finansial tidak mungkin memenuhi panggilan Allah ini, tetapi justru bisa berangkat. Siapa yang terpanggil duluan inilah yang memang sejak awal-awal sudah dipanggil oleh Allah. Balasan haji mabrur ini adalah surga. Demikian, ditekankan oleh Sudarmadi.
Panggilan ke-3 adalah panggilan yang memaksa. Panggilan Allah kali ini tidak dapat ditawar, siap tidak siap harus berangkat. Mau tidak mau harus tetap berangkat. Ialah kematian. Kematian itu akan menjemputmu, artinya semua dari kita harus selalu siap-siap dengan panggilan ini.
Setelah panggilan yang ketiga, selanjutnya panggilan yang keempat, yaitu panggilan khusus untuk hamba-hamba yang husnul khotimah, dengan panggilan "ya ayyatuhan nafsul muthmainnah, irji'i ila rabbiki radhiyatan mardhiyah, fadkhuli fi ibadi, wadkhuli jannati"
Sudarmadi selanjutnya menceritakan kisah Nabi Ayub yang didatangi oleh melaikat Izroil yang memberikan 3 tanda seseorang yang akan didatangi oleh kematian. Pertama, putihnya rambutmu setelah hitamnya. Kedua, bungkuknya tulang punggungmu setelah tegaknya. Ketiga, rapuhnya tulang belulangmu, setelah kuatnya. Siapa yang terbaik yang dapat memenuhi penggilan Alloh yang ketiga ini ialah dia yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Sebaik-baik umur atau urusan itu, ada di akhirnya. Inilah yang akan menentukan bagaimana kelak kita akan dipanggil Allah nanti, demikian Sudarmadi mengakhiri tausiahnya. (wk)