Yogyakarta (MAN 1 YK)- MAN 1 Yogyakarta menyelenggarakan Webinar Moderasi Beragama, Jumat (30/07/2021), dengan mengangkat tema ‘Membangun Moderasi Beragama dan Penguatan Satgas Anti Radikalisme MAN 1 Yogyakarta’. Salah satu narasumber dalam webinar ini adalah H. Muhtarom, Lc, MA., Alumnus MANPK MAN 1 Yogyakarta Tahun 1991, yang menjabat sebagai diplomat KBRI RI di Riyadh Arab Saudi.
Webinar diselenggarakan melalui zoom dan dan siarkan secara langsung via chanel youtube madrasah: https://www.youtube.com/watch?v=fRYIQdzHqAw, yang diikuti seluruh civitas akademika MAN 1 Yogyakarta dan orang tua wali siswa, serta masyarakat umum.
Muhtarom menyampaikan banyak hal terkait moderasi beragama dan radikalisme berdasarkan pengalamannya juga sebagai diplomat yang selama ini bertugas di beberapa negara di Timur Tengah. Ungkapnya, tentang pentingnya satgas anti radikalisme. Hal ini karena Indonesia sangat pluralis, jadi wajib bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki kemampuan menghormati keragaman.
Pengalaman Muhtarom berkunjung ke beberapa negara terutama yang terkena konflik, mereka mengagumi Indonesia. Karena Indonesia yang plural banyak etnis, tetapi masalah yang timbul tidak besar. Sedangkan mereka, sebagai contoh Negara Irak hanya terdiri dari tiga etnis saja tetapi mengalami perang saudara sekian lama yang mengganggu kehidupan bernegara.
Meski begitu tetap harus diwaspadai karena potensi berkembangnya ajaran radikal di Indonesia sangat besar. Terutama pasca reformasi. Dikarenakan dibukanya kran kebebasan yang teramat besar maka informasi dan berbagai pengaruh dari berbagai penjuru dunia mengalir deras. Ada yang baik ada yang tidak baik. Pemerintah saat ini belum bisa sepenuhnya mampu mengontrol masjid dan pondok pesantren di seluruh Indonesia.
“Perbandingan dengan di Arab Saudi, masjid, ma’had, semua dalam kendali pemerintah karena memang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah,” ujarnya.
Lanjutnya, selama ini di Indonesia deradikalisasi tidak sepenuhnya berhasil. Jadi kewaspadaan harus selalu dijaga. Di Arab Saudi radikalisasi bisa terkontrol dikarenakan sistem penanganan yang sungguh-sungguh. Satgas anti radikalisasi di Arab Saudi langsung di bawah kendali Raja. Terdapat dua tim: 1. Tim penangkal pemikiran radikal, ada 2000 orang anggota, tugasnya membenahi dan mengcounter jika berkembang bibit pemikiran radikal, 2. Tim deradikalisasi konseling. Tugasnya membina warga Arab Saudi yang baru Kembali dari wilayah konflik.
“Mereka biasanya membawa pemikiran radikal. Contohnya dari negara Syria, dan lain-lain. Tugasnya intensif dan lama. Karena orang menjadi radikal itu butuh proses panjang. Jadi konselingnya untuk mengembalikannya tidak bisa hanya sebentar,” tandasnya.
Menurut Muhtarom, sangat penting kita semua mengembalikan misi utama Islam yaitu wasathiyah. Karena aslinya Islam itu moderat. Bukti bahwa Islam adalah agama yang moderat ada pada asbabun nuzul dari QS Al Baqoroh ayat 142.
“Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (Muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Muhammad), “Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus,”ucapnya mengutip QS. Al-Baqarah ayat 142.
Asbabun nuzul dari ayat ini adalah Nabi Muhammad SAW diminta memindahkan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram. Waktu itu Yahudi protes dengan cara yang bisa dibilang radikal dan muslim menjadi moderat utk mengatasinya. Islam menjadi moderat di antara ajaranYahudi yang raadikal dan Nasrani yg ajarannya mengawang-awang. Maka kita harus mengembalikan ke khittoh, agama Islam menjadi agama yg moderat, toleran, dan berprinsip saling menghargai.
Muhtarom juga menyampaikan ciri orang yang moderat: 1. Moderat itu bersikap terbuka, 2. Moderat itu berpikir rasional. Karena agama Islam berbasis rasionalitas. 3. Moderat itu memahami teks keagamaan secara komprehensif. 4) Moderat itu memahami pluralitas.
Moderat itu memahami teks keagamaan secara komprehensif . Contohnya untuk memahami ayat jihad, harus dilihat dari berbagai ayat sekaligus, bukan hanya 1 ayat saja, dan memperhatikan asbabun nuzul nya. Sehingga tidak tekstual tapi kontekstual. Kalau tekstual maka akan menjadi radikal. Contoh: Saat ditanya amal terbaik yang bisa dilakukan seseorang, Rasulullah SAW menjawab berbeda-beda.
Rasul SAW pernah menjawab amal terbaik adalah jihad fisabilillah. Karena memang saat itu sedang dalam kondisi perang. Pernah juga menjawab amal terbaik adalah birrul walidain. Dan pernah menjawab bahwa amal terbaik adalah sholat tepat pada waktunya. Karena itu untuk mempelajari ajaran agama harus melihat pada fiqh auliyah sesuai kondisi saat itu.
Moderat itu memahami pluralitas maksudnya adalah, Allah SWT tidak membuat manusia menjadi 1 umat saja, tidak Islam saja, bermacam-macam. Jika Allah saja membuat manusia beranekaragam maka kita tidak boleh memaksa orang lain harus sama seperti kita.
Berdakwah wajib, tapi bil hikmah. Dilakukan dengan kebaikan. Karena hidayah itu mutlak milik Allah, tidak bisa dipaksakan oleh manusia.
Penyebab adanya orang yang radikal menurut Muhtarom karena adanya faktor eksternal, internal, paham takfiriyah, dan berdakwah dengan cara tidak bertahap. 1. Eksternal : Adanya Israel di Timur tengah, memecahbelah muslim di Timur tengah, pemikiran yg kurang tepat terkait kebijakan Amerika yg seolah memusuhi Islam, adanya paham Islamphobia. 2. internal, yaitu: salah memahami tentang jihad. Jihad itu bukan hanya perang, sesungguhnya jihad itu bagaimana kita menciptakan kesejahteraan. Jadi yg menciptakan vaksin atau obat untuk covid dan bisa murah adalah jihad.
Jihad bermakna bersungguh-sungguh melakukan sesuatu untuk tujuan yg besar. Faktor internal yang lain adalah salah memahami daulah Islamiyah. Menuntut harus negara Islam. Padahal Al Qur'an tidak pernah menuntut bentuk suatu negara. Yang penting nilai pokok kenegaraan dalam Islam dimasukkan, contoh nilai syuro, transparansi, keadilan, persatuan, dan lain-lain.
Faktor penyebab radikal yang lain adalah 3. Mudah mengkafirkan orang lain (faham takfiriyah)
4. Berdakwah tidak bertahap, ingin mengubah secara Radikal, keseluruhan hingga ke akar2nya. Padahal berdakwah seharusnya bertahap.
Muhtarom mengajak semua elemen masyarakat untuk menjadi duta moderat, mengcounter radikalisme. Sekarang jaman media sosial mari kita gunakan maksimal mengcounter radikalisme. Karena faham Radikal sekarang ini sangat menguasai media sosial.
“Alhamdulillah Indonesia memiliki organisasi muslim yang besar seperti NU dan Muhammadiyah yang menjadi jangkar moderasi di Indonesia,” pungkasnya. (nrmh/dzl)