Yogyakarta (MAN 1 YK) -- Endang Sri Utami, Guru MAN 1 Yogyakarta memberikan hadiah buku karyanya kepada Direktur KSKK Madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. H. Moh. Isom, M.Ag, Selasa (21/09/2021) di sela-sela kunjungan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas kelas XII MAN PK.
Buku yang berjudul “Jalan Cinta Naila” dan “Jalan Rasa” merupakan karya fiksi berupa novel dan kumpulan cerpen. Novel berjudul “Jalan Cinta Naila” membawa banyak pesan, bahwa janganlah jadikan kondisi lemah untuk menang sendiri/menyakiti orang lain, berbakti kepada ibu bapak, meraih sukses harus dengan cara yang benar, berusaha untuk saling memaafkan, dan menjadi pemimpin keluarga harus bijaksana.
Sering menemui orang yang minta dimaklumi karena dirinya merasa lemah menjadi ide awal guru yang mengampu bahasa Inggris ini untuk menuangkan untaian kata-kata penuh makna yang terangkum dalam novel dan kumpulan cerpen.
“Berusaha mengedukasi banyak orang tanpa berkesan menggurui merupakan motivasi untuk menghadiahkan buku saya. Di samping itu saya ingin memberitakan ke Kementerian Agama, khususnya di bagian Kurikulum dan Kesiswaan bahwa kita, guru-guru juga tetap berkarya meski berbagai tugas selalu mengikuti”, terangnya.
Menulis merupakan hobi bagi perempuan yang akrab disapa Bu Endang. Di sela-sela kesibukannya sebagai staf humas di MAN 1 Yogyakarta, banyak karya yang telah ia hasilkan, baik berupa antologi maupun karya solo berupa kumpulan cerpen dan novel. Setelah karyanya terbit, ia selalu menyempatkan diri untuk menghibahkan karyanya ke perpustakaan MAN 1 Yogyakarta.
“Dikarenakan menulis merupakan hobi, bukan pekerjaan pokok, maka saya melakukannya setelah tugas pokok selesai, terkadang dini hari atau hari libur,” tuturnya dalam memberikan tips dan trik manajemen waktu.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa literasi sangat penting, karena literasi bisa membuka wawasan kita menjadi lebih luas dan membuat kita semakin bijaksana.
Literasi itu tidak hanya sebatas membaca buku, tetapi juga mengamati dan memperhatikan keseharian lingkungan kita. Sedangkan menulis, itu bisa untuk mengabadikan keberadaan, pikiran dan ide kita meski kita sudah tiada. Sampai saat ini saya sudah mengikuti dan berhasil mencetak 15 buku antologi, 2 buku solo, 1 sedang proses penulisan dan 1 sedang proses riset. (lis/dzl)