Yogyakarta (MAN 1 YK)—Diantara ciri radikalisme adalah tidak toleran dalam mensikapi perbedaan, bahkan orang atau kelompok yang berbeda dianggap salah dan sesat, serta dianggap musuh. Kalau paham seperti ini dibiarkan, maka akan mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itulah, MAN 1 Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan di bawah Kementerian Agama RI terpanggil untuk menghadapi permasalahan ini.
Untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tentang bahaya radikalisme, madrasah ini gelar deklarasi antiradikalisme, Sabtu(13/1), di Aula lantai 2. Hadir sebagai narasumber Kepala Kanwil Kementerian Agama DIY, Drs.H.Muhammad Lutfi Hamid, M.Ag. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh kelas X dan segenap civitas akademika.
Kepala MAN 1 Yogyakarta Drs.H.Wiranto Prasetyahadi, M.Pd. mengatakan, kegiatan ini segaja diadakan agar para siswa memahami masalah radikalisme yang mengancam kedamaian NKRI. “Sengaja kita adakan kuliah umum seperti ini, penting bagi siswa untuk memahami(radikalisme-red),”terangnya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kementerian Agama DIY, Drs.H.Muhammad Lutfi Hamid, M.Ag dalam presentasi menuturkan, NKRI mempunyai kekayaan alam dan ragam suku, serta kemajemukan lainya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Ungkapnya, karena itu banyak pihak yang ingin menguasai dengan cara memecah belah persatuan. “Bagaimana cara mereka memecah belah?,”ujarnya.
Lanjutnya, kalaulah melalui jalur perang fisik. Dikatakan, Bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling siap untuk berjihad(perang-red). Karena Indonesia tidak bisa diserang melalui jalur perang, maka yang mereka tempuh adalah cara lainnya, yakni melumpuhkan generasi muda lewat peredaran narkoba dan adu domba dengan hoax (berita palsu). “Salah satunya dengan pembelokan makna ajaran agama,”terangnya.
Seperti jihad yang dipersempit maknanya, menjadi “perang”. Padahal lanjut Lutfi, jihad itu tidak hanya bermakna perang, tetapi mempunyai makna yang lebih luas. Mencari ilmu itu juga termasuk jihad. “Bersusungguh-sungguh untuk menciptakan kebaikan itu juga jihad,”tandasnya.
Selain itu terang Lutfi, cara mereka untuk memecah belah adalah dengan cara mengadu domba, yakni warga masyarakat dengan pemimpin dan pemerintah pada semua level, seperti ditimbulkannya rasa benci kepada pemimpin.
Untuk Ia mengajak kembali kepada pemahaman ajaran Agama Islam yang benar, yaitu ‘rahmatan lil ‘alamiin’. Islam yang membawa kedamaian dan menjadi rahmat bagi seluruh umat dan alam semesta.
Setelah presentasi, dibuka juga dialog. Kegiatan pagi itu diikuti oleh para siswa dengan penuh antusias. Hal itu ditandai oleh banyaknya pertanyaan yang diajukan para siswa, tentang radikalisme dan cara menangkalnya, serta bagaimana menjaga kesatuan bangsa ini. (dzl)