Yogyakarta(MAN1YK)—Peran pondok pesantren dalam mengedukasi masyarakat tentang pentinya toleransi dan deradikalisasi agama sangat dinanti. Karena elemen masyarakat yang majmuk, ragam suku, bahasa, dan budaya, serta agama berpotensi melahirkan konflik.
Hal itu tersebut diungkapkan oleh Amartya Maulana Insan Siswa Kelas XI MAPK MAN 1 Yogyakarta dalam lomba penulisan essay tingkat nasional yang diselenggarakan Pondok Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Indonesia(UII), dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2018, Sabtu-Ahad(27-28 Oktober 2018).
Amar demikian sapaan akrabnya, saat ditemui, Selasa(30/10)pagi menuturkan, ia bersaing dengan lebih dari 151 peserta lomba essay jenjang SMA/SMK/MA tingkat Nasional. Karyanya berjudul “Gagasan Gerakan Bahsul Masail dalam Rangka Deradikalisasi Agama”.
Lanjutnya, setelah melalui proses seleksi yang cukup ketat, Amar masuk 5 finalis. Setiap finalis harus mempresentasikan hasil gagasan dan pemikirannya di hadapan para dewan juri. Akhirnya, Juara 1 diraih Amartya Maulana Insan (MAN 1 Yogyakarta), Juara 2 diraih Nurfadillah Ham (SMAN 11 Pinrang) , Juara 3 diraih M. Balyan Ibnu (MAN Insan Cendikia), Juara Harapan 1 diraih M. Ghifari (Persis 99 Garut), dan Juara Harapan 2 diraih Devi Rahma (SMA 2 Kudus).
Ungkap Amar, pondok pesantren mempunyai peran yang strategis untuk menepis dan menghapus stigma negative terhadap Islam, seperti anggapan Islam dan pesantren sebagai sarang teroris, padahal Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin.
Karena itu menurutnya, bahsul masail tentang deradikalisasi agama di pondok pesantren menjadi salah satu cara untuk menanggulangi terorisme, kemudian hasilnya dipublikasikan untuk mengedukasi masyarakat luas.
“Perbedaan pendapat itu wajar, untuk setiap orang harus menghormati perbedaan, dan tidak memaksakan keyakinannya kepada orang lain,”terangnya.(dzl)