Yogyakarta (MAN 1 YK)--Otomatisasi dan enovasi teknologi kini berkembang pesat. Penemuan teknologi dinilai baik, manakala teknologi itu memberi banyak manfaat, serta bisa mengikuti perkembangan zaman. Hal di atas menjadi masalah pokok Workshop Kelompok Ilmiah Remaja(KIR) MAN 1 Yogyakarta, yang bekerjasama dengan Sagasitas, sebuah komunitas yang berkonsentrasi dalam pengembangan dan pembimbingan penelitian siswa SMA/MA di DIY.
Kepala MAN 1 Yogyakarta I Drs.Wiranto Prasetyahadi, M.Pd. sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ia juga berharap agar KIR di madrasah ini, tidak terbatas pada kegiatan rutinitas yang ada. Tetapi lebih utama dari itu katanya, adalah kelompok yang aktif dan bisa mengikuti ragam kompetisi di perguruan tinggi atau di tempat lainnya. "Tidak sekedar pengenalan saja,"ujarnya, saat membuka acara kegiatan ini di Aula lantai 2, Selasa(13/12)kemarin. Ia menambahkan, memperbanyak praktik dan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi kehidupan.
Sementara itu Pelatih KIR Nur Fathurrahman Ridwan atau yang akrab disapa Kak Ridi menjelaskan, materi kegiatan ini adalah membuat karya inovasi dengan prinsip otomasi. Adapun prosesor yang digunakan kata Ridi, adalah Intel Galileo yang merupakan divice open source single board untuk penggunaan sistem cerdas untuk keperluan tertentu.
Ridi menambahkan, CSR Intel telah meminjamkan penggunaan Divice Intel Galileo untuk anak-anak muda Yogyakarta untuk berkreasi dalam implementasi revolusi industri ke-4 dunia yang mengutamakan karya inovator muda.
Sementara itu Zainal Abidin wakil Sagasitas DIY, mengajak para peserta untuk menfaat waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Ia mengajakan untuk selalu melakukan inovasi, karena menurutnya dengan inovasi akan menjadikan dunia lebih baik. "Innovating for a better world,"ujarnya.
Zainal mengungkapkan, apa yang harus dikuatkan untuk mengadapi persaingan global adalah adanya enovasi. Sebab katanya, orang sukses bisa dinilai dari caranya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Menurut Zainal, Enovasi dan teknologi adalah kasat mata, dan bisa dipelajari. Kalau para penemu dahulu, mereka mengalami kegagalan berkali-kali. Ia mencontohkan Thomas Alva Edison, seorang ilmuwan penemu lampu pijar. Di balik kesuksesannya, ia telah melakukan eksperimen berkali-kali, bahkan setelah 99 kali gagal, kemudian ke 100 kalinya, ia mendapatkan keberhasilan.
"Teknologi yang hebat adalah teknologi yang banyak digunakan dan dibutuhkan masyarakat karena manfaatnya,"cetusnya.
Selain dikenalkan tentang Prosesor Intel Galileo, peserta juga diajak praktik cara mengoperasikan pesawat drone. (dzl)