Yogyakarta (MAN 1 YK)—Mengawali kegiatan semester genap, Pondok Pesantren Al-Hakim MAN 1 Yogyakarta gelar Training dan Motivasi, Sabtu(14/1) kemarin malam, di Aula lantai 2. Kegiatan ini diikuti seluruh santri putra dan putri, serta segenap guru dan pengurus harian pesantren tersebut.
Pengurus Harian Abdul Kahfi Amrulloh, S.Pd.I. meyampaikan kegiatan ini sengaja diadakan untuk mengawali kegiatan semester genap di pesantren. Masa liburan yang cukup lama sehingga perlu, kegiatan yang bersifat menyegarkan kembali motivasi belajar para santri. Ia juga berharap agar setelah kegiatan ini, para santri lebih aktif lagi dalam mengikuti segala kegiatan di pesantren.
Acara yang digelar pukul 20.00 WIB ini, menghadirkan narasumber dan motivator Dr.Aris Fauzan, S.Ag.M.A. yang juga alumnus Madrasah Aliyah Progam Khusus (MAPK) periode ke-3.
Wakil Kepala MAN 1 Yogyakarta Bidang Keagamaan Suyanto, M.Pd. menjelaskan, narasumber kali ini adalah seorang alumnus MAN 1 Yogyakarta. Yanto menyampaikan demikian sapaan akrabnya, banyak terimakasih atas terselenggaranya kegiatan ini, khususnya kepada narasumber yang berkenan mengisi kegiatan malam itu. “Beliau alumni MAPK pernah merasakan tinggal di asrama pondok pesantren ini, hadir di sini tak lain, hanya untuk memberikan motivasi kalian,”ujarnya kepada para santri.
Yanto juga menambahkan, mulai tahun ini Program MAPK dibuka kembali, dan MAN 1 Yogyakarta menjadi 1 dari 10 madrasah yang telah ditunjuk sebagai penyelenggara program kaderisasi ulama moderat, yang berwawasan keislaman dan keindonesian tersebut.
“Progam MAPK yang lama dianggap berhasil, dan kini diselenggarakan, diharapkan mengulangi sejarah keberhasilan itu lagi,”katanya. “Tolong dikabarkan, bahwa MAPK Jogja buka mulai tahun ini, dengan beasiswa,”pintanya.
Turut memeriahkan kegiatan yang digelar malam itu, Group Hadroh Kasyiful Kurab yang tampil sebelum acara dimulai.
Sementara itu Dr.Aris Fauzan, S.Ag.M.A. dalam motivasinya, mengajak para santri untuk selalu bergerak, berusaha dan pantang berputus asa, serta tidak berkecil hati. Sebagai pembuka motivasinya, Alumnus MAN 1 Yogyakarta yang akrab disapa Aris itu, menunjukkan betapa pentingnya dan dahsyatnya kebiasaan menulis, yang pernah ia lakukan dulu saat belajar di madrasah ini.
Sambil menunjukkan sebuah buku catatan harian (Diary)yang ia tulis tahun 90-an silam. Ungkapnya, apa yang ditulis dulu ternyata sekarang terbukti. Dan kebiasaan menulis menurutnya, sangat bagus sekali untuk perkembangan akademis dan melejitkan potensi diri seseorang. Untuk itu ia menyarankan untuk membiasakan menulis.
Menulis kata Dosen Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY) ini, menjadi solusi untuk meringankan permasalahan hidup. “Daripada kalian mencak-mencak(mengamuk), marah-marah, tanpa alasan yang pasti,”ujarnya. “Dunia itu dinamis, maka jangan bersedih,”imbuhnya.
Menurutnya, ada tiga kebatikan utama di dunia yaitu kepada Allah, kepada orang tua, dan kepada Guru. Lantas para peserta training dan motivasi itu diajak merenungkan Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 255 atau yang biasa disebut ayat kursi. “Siapa Tuhan Umat,”ucapnya. “Dialah yang diterangkan dalam ayat kusi,”ungkapnya.
Kalau selama ini, masih kata Aris, sebagian orang menjadikan ayat kursi hanya digunakan untuk mengusir gangguan jin dan setan, akan tetapi dalam ayat ini ada informasi tentang Allah swt.
Orang tua kata Aris, khususnya ibu, dalam membesarkan anaknya, perjuangannya sungguh luar biasa. “Apapun kondisi ibu anda, dialah orang yang melahirkan anda,”terangnya.
Untuk itu menurutnya, kasih sayang seorang ibu tidak bisa dan tidak mungkin sebanding dengan kata-kata yang diucapkan anaknya, seindah apapun ucapan itu. “Darah dan air susunya, mengalir di tubuh kita, yang tidak mungkin bisa kita lupakan,”ujarnya lagi.
Selanjutnya guru kata Aris, guru menurutnya bagaikan lentera, karena panggilan jiwanya, mereka mau mengajarkan ilmu kepada muridnya, ia korbankan waktu, tenaga, dan pikiran. “Mungkinkah kita bisa menjadi seperti ini, kalau tidak dibantu oleh guru,”sanggahnya.
Aris mengumpamakan guru dalam mengajar anak didiknya, laksana orang yang memahat. Batu yang keras dan cadas seperti itu, karena kesabaran dan ketekunannya bisa menjadi patung yang indah. “Guru akan melahirkan guru-guru,”ungkapnya.
Mengakhiri motivasinya, mengajak para santri untuk bersyukur kepada Allah swt, dan berterima kasih kepada orang tua dan guru. (dzl)