Yogyakarta (MAN 1 YK) - - Tak hanya mampu berprestasi dalam bidang akademik, baru-baru ini tiga siswa dari MAN 1 Yogyakarta berhasil raih prestasi dalam lomba karya poster tingkat nasional yang diadakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan tajuk acara "Lomba Poster Gelora Historia UNY Tingkat Nasional".
Tiga siswa MAN 1 Yogyakarta tersebut, Naila Pradnya Paramitha XI BB (Juara 1), Muhammad Hafid Al-Bukhari XI IPS 2 (Juara 3), dan Sofia Tsania Bilqis XI BB (Juara Harapan 3).
Dalam rentang waktu 11 Agustus 2022 hingga 9 Oktober, secara garis besar lomba terdiri atas dua babak. Babak pertama adalah seleksi karya dari para peserta untuk menentukan 6 karya terbaik yang akan maju menjadi finalis, serta babak terakhir yaitu presentasi karya oleh para finalis pada hari terakhir melalui via zoom meeting.
Salah satu dari siswi yang berhasil lolos menjadi finalis, serta mendapatkan juara pertama dalam lomba tersebut adalah Naila Pradnya Paramitha dari kelas 11 Bahasa dan Budaya, dengan karya posternya yang bertajuk "Sepekat Gagak: Selagi Gagak Hitam, Kami Terus Berjuang".
Awalnya Naila mengaku sempat tidak ingin menerima tawaran lomba tersebut dikarenakan baru mengalami kekalahan pada lomba yang dia ikuti sebelumnya. Namun berkat motivasi dari pelatih pada ekstrakurikuler desain grafis yang ditekuninya, serta dorongan keinginan dari hatinya sendiri untuk tetap mencoba lomba tersebut, usaha Naila akhirnya berbuah prestasi yang tidak disangka-sangkanya.
Karya yang dihasilkannya pun bukan sebuah karya sepele. Ada makna serta pesan-pesan tersirat dengan makna yang dalam, yang ingin Naila sampaikan kepada para penikmat karyanya melalui poster tersebut. Salah satunya pada makna yang terkandung dalam tajuk "Sepekat Gagak: Selagi Gagak Hitam, Kami Terus Berjuang". Dilatarbelakangi oleh peristiwa Agresi Militer Belanda II, Naila mengambil fokus pada "Operatie Kraai" atau "Operasi Gagak" yang jarang orang ketahui sejarahnya. Judul dari poster tersebut pun memiliki makna sebagai penggambaran atas semangat dan tekad perjuangan Bangsa Indonesia kala itu untuk merebut kembali tanah Yogyakarta dari belenggu Belanda.
"Warna pekat gagak yang tidak akan pernah berubah itu aku samain dengan semangat orang Indonesia yang tidak akan pernah berubah, sepekat hitamnya gagak, serta tanpa noda, hingga kapanpun itu," tuturnya pada Senin (10/10/2022) sore itu.
"Dalam membuat suatu karya, berkaryalah sesuai dengan keinginan hatimu. Janganlah ada paksaan dari pihak manapun di dalamnya, karena itu adalah karyamu, dan karya itulah yang akan mewakili dirimu," pungkasnya. (aty/dzl)