Yogyakarta (MAN 1 YK)—Seiring perkembangan zaman, banyak didapatkan di lingkungan masyarakat penyedia jasa perawatan jenazah. Semuanya sudah tersedia, tinggal telepon dan bayar, masalah sudah beres. Namun tanpa disadari hal tersebut menggeser sisi lain, yakni motivasi seorang muslim untuk mempelajari syariat dan mengamalkannya, bahkan mereka lebih mengandalkan biro jasa daripada belajar agama dan syariat mereka sendiri.
Karena itu, untuk membekali para siswa agar mampu berperan di masyarakat, maka MAN 1 Yogyakarta menyelenggarakan Praktik Perawatan Jenazah untuk kelas X, Kamis ( 5/3/2020) pagi, di Masjid Al-Hakim.
Para siswa (putra) menempati masjid lantai 2, terdiri 5 kelompok, dengan pembimbing Drs. H. Charis Munandar, M.Pd. Sementara itu, siswa (putri) menempati lantai 1, terdiri 5 kelompok dengan pembimbing Yayuk Istirokhah, S.Ag.
“Masih adakah, di antara ananda yang mempunyai kepedulian untuk mengurusi perawatan jenazah. Sekarang ini semuanya serba ada penyedia jasa, tinggal call dan bayar,” ujar Charis Munandar mengawali penjelasannya.
“Kalau sampai ada jenazah dalam suatu kampung, hingga tidak terurus, maka semua yang tinggal di situ akan berdosa,” ungkapnya.
Lanjut Charis, mengurus jenazah; mulai memandikan jenazah, mengafani, menyalatkan, menyediakan liang lahat, hingga proses menguburnya merupakan fardhu kifayah. Artinya menurut Charis, status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh muslim yang lain maka kewajiban ini gugur. Sebaliknya, bila tidak ada yang melaksanakan kewajiban tersebut, maka semua penduduknya berdosa.
Tampak para siswa mengikuti kegiatan ini dengan penuh antusias. Usai penjelasan dari dua narasumber tersebut, kemudian mereka diwajibkan untuk mempraktikkan tata cara merawat jenazah pada masing-masing kelompok. Mereka tidak mengalami banyak kesulitan, karena setiap kelompok didampingi guru pembimbing, serta fasilitas yang cukup lengkap, seperti kain kafan, gunting, dan kapas. (dzl)