Bantul (MAN 1 YK) —Dalam memenuhi kebutuhan rohani, dzikir kepada Allah swt menjadi langkah utama, yang harus ditempuh setiap insan. Bahkan, menurut ajaran Rasulullah, antara hati yang hidup dan hati yang mati diukur dengan intensitas seseorang dalam berdzikir.
Hal tersebut sebagaimana dijelaskan Drs. KH. Sholehuddin dalam pengajian rutin(dua bulanan) Keluarga Besar MAN 1 Yogyakarta, Ahad(25/8) pagi, di rumah makan Balai Raos Djogja, Jalan Parangtritis Kilometer 3,5 Yogyakarta.
“Matsalul ladzii yadzkuru rabbahu wal ladzii laa yadzkuru rabbahu matsalul hayyi wal mayyit(Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya, adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati),”ujarnya mengutip Hadits Nabi saw riwayat Imam Bukhari, mengawali ceramahnya.
Sholehuddin melanjutkan, hati merupakan ‘jenderal’ perilaku seseorang, yang mengontrol segala amal perbuatan manusia. Karena itu ia mengajak, agar setiap civitas akademika untuk senantiasa menjaga hati dan menatanya.
Ungkapnya, tantangan era sekarang lebih kompleks dan berat dibanding tantangan zaman dulu, hal itu seiring dengan perkembangan teknologi yang kian pesat. “al-insanu abnaauz zaman(manusia adalah anak zamannya),”ujar Penyuluh Kemenag Kota Yogyakarta itu.
Dikatakan, ilmu itu dibagi menjadi dua, yaitu ulumul aqli dan ulumul qalbi. Menurutnya, untuk mencerdaskan hati anak didik, harus dimulai dari diri pribadi yaitu dzikir.
Sementara itu Kepala MAN 1 Yogyakarta dalam sambutannya berharap, agar pengajian rutin keluarga madrasah ini dapat mempererat tali silaturrahim. “Di sela-sela kesibukan kita, mudah-mudahan kegiatan ini menjadikan berkah bagi kita semua,” ujarnya. (dzl)