Bantul (MAN 1 Yogyakarta) - Momen keakraban menjadi agenda utama Keluarga Besar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Yogyakarta yang menggelar Pengajian Rutin di Zukaria Resto pada Sabtu (8/11/2025). Acara ini menjadi momentum krusial bagi seluruh civitas akademika dan keluarga untuk merekatkan kembali simpul emosional di tengah padatnya aktivitas profesional.
Kepala MAN 1 Yogyakarta, H. Edi Triyanto, S.Ag, S.Pd, M.Pd, dalam sambutannya menegaskan pentingnya penguatan internal ini. Ia menyiratkan bahwa intensitas komunikasi di institusi terkadang melebihi interaksi di rumah. "Agenda ini adalah momen yang sangat bagus karena ini adalah pengajian keluarga. Komunikasi kita di institusi mungkin lebih intens dibanding dengan keluarga kita sendiri. Maka, acara ini bertujuan menguatkan tali silaturahmi dan emosional kita," ujar Edi Triyanto.
Ia menambahkan, ridho dan keikhlasan keluarga adalah kunci utama kesuksesan pekerjaan yang diemban, dan berharap kegiatan ini benar-benar membentuk institusi menjadi sebuah keluarga besar yang saling peduli. Di samping itu, ia menekankan kewajiban para pendidik untuk tholabul ilmi (menuntut ilmu), terutama dalam membersamai Generasi Z. "Kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, sesuai dengan kondisi psikologis anak didik kita saat ini," pungkasnya.
Pencerahan utama disampaikan oleh Ustadz AM. Dawam, S.H.I., Direktur Yayasan Masjid Syuhada yang membawakan materi substantif mengenai "Menjaga Keseimbangan Hidup di Dunia dan Akhirat." Ustadz Dawam menggarisbawahi fitrah manusia yang seringkali condong pada ambisi dan kecintaan duniawi, melupakan bahwa segala yang dicintai pasti akan hilang. Islam, menurutnya, hadir sebagai pedoman keseimbangan (wasatiyyah).
Dalam konteks ketidak-kekalan dunia, Ustadz Dawam menegaskan bahwa kekayaan, pangkat, dan jabatan tidak ada yang abadi. Setiap insan di dunia pasti akan diuji, meliputi: ujian ketakutan, ujian kelaparan, berkurangnya harta, berkurangnya jiwa (anggota keluarga yang meninggal), dan berkurangnya buah-buahan (hasil usaha atau panen).
Mengutip Imam Al-Qurthubi yang menganalogikan kehidupan dunia ini ibarat air melalui lima perumpamaan mendalam: Air tidak bisa diam di satu tempat, seperti halnya kehidupan dunia yang selalu berubah; Air selalu mengalir dan habis, seperti kehidupan dunia yang pada saatnya akan hilang; Siapa pun yang masuk ke air akan terkena basahnya, seperti siapa pun yang memasuki dunia akan terkena fitnahnya; Air memberi manfaat jika digunakan sesuai kebutuhan, tetapi mendatangkan bahaya jika berlebihan; demikian pula kehidupan dunia. Bahkan, perumpamaan orang yang mengejar dunia bagaikan orang yang minum air laut, semakin diminum, ia justru akan merasa semakin haus sampai akhirnya dia terbunuh karenanya.
Pengajian rutin ini ditutup dengan doa dan harapan agar Keluarga Besar MAN 1 Yogyakarta senantiasa mampu menjaga harmoni antara tuntutan profesionalisme, kebutuhan keluarga, dan persiapan bekal untuk kehidupan abadi. (dee)