MANPK MAN 1 Yogya Gelar Mastasia untuk Santri Baru

21 Jul 2020, 01:42 MAN 1 Yogyakarta 576

this used to be photo

Yogyakarta (MAN 1 YK)—Santri baru yang juga siswa baru Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MANPK) MAN 1 Yogyakarta mengikuti Masa Ta’aruf Santri Pondok Pesantren Al-Hakim (Mastasia), Senin (20/7/2020) malam. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari (20-23 Juli 2020). Karena mengikuti protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran virus corona (covid-19), maka kegiatan ini digelar secara virtual, menggunakan aplikasi zoom meetings.

Acara pembukaan dimulai pukul 19.30 WIB hingga pukul 21.00 WIB, diikuti oleh seluruh santri baik lama maupun santri baru, pengasuh, dan pembina harian. Dalam pertemuan virtual tersebut, satu persatu santri memperkenalkan diri, tentang nama, asal daerah, dan asal sekolah, serta kepengurusan organisasi dan tanggungjawab yang diemban bagi santri lama.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hakim yang juga Koordinator Program Keagamaan MAN 1 Yogyakarta Suyanto, M.Pd, menjelaskan, seluruh rangkaian dan proses menjadi siswa MANPK MAN 1 Yogyakarta sudah selesai. Yakni proses pendaftaran dan seleksi nasional, masa ta’aruf siswa madrasah (matsama). Menurutnya, mereka para siswa baru tersebut sudah sah menjadi siswa MANPK MAN 1 Yogyakarta.

Lanjutnya, siswa MANPK yang berkewajiban tinggal di asrama wajib mengenal lingkungan asrama pondok pesantren. Untuk itu, terangnya kegiatan Mastasia ini bukanlah hanya kegiatan rutinitas belaka. Di awal pengarahannya, agar para santri terutama santri baru untuk menata niat dengan benar. Pasalnya, mereka selama tiga tahun akan menjalani kehidupan dan tinggal di asrama.

Ungkapnya, komposisi santri baru tahun ini (2020) berasal dari berbagai daerah. Baik berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, maupun dari luar Yogyakarta seperti; Jakarta, Bogor, Bekasi, Jawa Timur, Sumatera, dan Bangka. Keragaman asal daerah ini mempunyai dampak positif bagi para santri, yaitu sebagai sarana dan bekal untuk saling tukar dan mengenal karakter, budaya dan kultur.

“Hal ini menjadi miniatur Indonesia. Kelak kalian tidak kaget ketika terjun di masyarakat (dengan ragam budaya-red),” terangnya. “Mulai kegiatan ini (mastasia-red), kalian menyadari bahwa ego dan kebebasan kalian terbatasi dengan ego dan kebebasan orang lain,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia mengingatkan para santri agar belajar toleransi. “Jangan sampai ada bully, superior budaya dan daerah. Kita ini egaliter, kita setara,” tandasnya.

Menurutnya, MANPK merupakan stepping stone (batu pijakan) untuk meraih kesuksesan yang lebih besar. Ke depan, keberhasilan seseorang itu ditentukan oleh kemampuannya dalam mengekspolarsi diri, sebagaimana tercantum dalam kecerdasan abad 21 yang meliputi: Communication, Collaboration, Critical Thinking and problem solving, dan Creative and Innovative.

Ungkapnya, siswa tinggal di asrama pada hakekatnya membangun persaudaraan. Sebagaimana dicontohkan para alumnus MANPK jilid pertama. Bahkan mereka mempunyai sembonyan ‘Seduluran Sak lawase’ atau persaudaraan selama-lamanya tanpa mengenal batas waktu. Terbukti hingga kini mereka saling tolong-menolong.

“Bangunlah keakraban, bangunlan persaudaraan dan persahabatan, saling membantu. Jangan merasa superior atas kelompok lain,” pintanya. (dzl)


Bagikan Artikel :


Berita Yang Lain

Raih Juara 2 Olimpiade Ekonomi Nasional, Buktikan Keunggulan Akademik MAN 1 Yogyakarta
24 Nov 2024, 14:23

Siswa MAN 1 Yogyakarta Borong Juara Pencak Silat Tingkat Nasional, UIN Sunan Kalijaga
22 Nov 2024, 07:41

PKKM MAN 1 Yogyakarta: Langkah Strategis Menjaga Madrasah Berkelas Dunia
21 Nov 2024, 09:46

Tim PMR MAN 1 Yogyakarta Raih Juara 3 Olimpiade Kepalangmerahan UNYCORYC 2024
20 Nov 2024, 15:17

KIR Liba MAN 1 Yogyakarta Siapkan Dua Timnya Ikuti Seleksi Tingkat Nasional
20 Nov 2024, 13:58