Yogyakarta (MAN 1 YK)—Kontribusi madrasah dan pondok pesantren terhadap pembentukkan karakter bangsa dan Negara Indonesia tak terbantahkan. Hal ini mengemuka dalam kegiatan pembinaan guru dan pegawai MAN 1 Yogyakarta oleh Kepala Subdirektorat Kurikulum dan Evaluasi Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan Madrasah(KSKK) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Dr.Basnang Said, S.Ag, M.Ag., Kamis(27/7) siang di Aula lantai 2.
Di tengah-tengah kesibukannya Basnang, yakni Rapat Koordinasi Program Kurikulum dan Evaluasi, di Hotel Ayaarta, Jl.KH.Ahmad Dahlan 123 Yogyakarta, ia menyempatkan diri untuk berkunjung di MAN 1 Yogyakarta. Kehadiranya disambut hangat oleh seluruh guru dan pegawai dalam rapat dinas siang itu.
Basnang mengutarakan, ada tiga istilah yang dikenal dalam pendidikan Islam, yaitu ‘ta’lim(‘allama-yu’allimu), ta’dib(addaba-yuaddibu), dan tarbiyah(rabba-yurabbi). Menurutnya ta’lim mempunyai arti proses transfer ilmu pengetahuan yang menghasilkan pemahaman, yang lebih menekankan aspek kognitif. Sedangkan ta’dib berarti yang berarti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun. Sehingga dikatakan, ta’lim menekankan aspek afektif atau sikap.
Sementara itu, tarbiyah yang berarti memperbaiki atau membenahi yang menekankan pada segala aspek:pengetahuan, sikap, etika, dan skill. Hal itu tunjukkan pula, nama salah satu fakultas perguruan tinggi Islam yang berkonsentrasi di bidang pendidikan, menggunakan istilah “kuliyyatut tarbiyah”.
Berkenaan dengan hal tersebut lanjut Basnang, madrasah dan pondok pesantren telah memberi kontribusi secara nyata dalam pembentukkan karakter anak bangsa. Di dalamnya ada tradisi-tradisi yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan dan karakter, namun pada masa orde baru lembaga pendidikan tersebut kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Lebih dari itu, kata Basnang, pada masa itu kalau ada anak yang masuk ke madrasah atau pondok pesantren dianggap oleh sebagian masyarakat, anak tersebut tidak mempunyai masa depan yang lebih baik. “Seakan-akan di pondok tidak punya masa depan,”ungkapnya.
Padahal madrasah dan pondok pesantren mempunyai “saham” terbesar dalam melahirkan anak-anak yang berakhlakul karimah. Bahkan, jiwa nasionalisme dan kontribusinya terhadap kemerdekaan Negara ini, tak terbantahkan dalam merebut kemerdekaan.
Kini Pemerintah telah hadir, dan banyak memberi perhatian dan kontribusi terhadap lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan pondok pesantren.
Untuk itu dalam forum guru dan pegawai itu, ia berharap madrasah mampu mengintegrasikan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan, seperti ulama dulu. Misalnya Muḥammad bin Musa al-Khawarizmi adalah seorang ahli dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Atau dikenal bapak aljabar.
Kemudian mensikapi kebijakan lima hari kerja dan Full Day School, menurutnya, hal itu tidaklah tepat kalau dijadikan cara untuk pembentukkan karakter. Karena kalau di madrasah atau pesantren bukan full day school, tetapi Full Day Education.
“Athoriqotu ahammu minal maaddah, walaakin almudarrisu ahamm minat thoriqoh, bal ruuhul mudarris minal mudarris nafsihi(metode lebih penting daripada materi, akan tetapi (keberadaan) guru itulah yang lebih penting, bahkan ruh dari gurulah yang lebih penting,”ujarnya, mengutip pendapat Mahmud Yunus tentang pendidikan. (dzl)