Yogyakarta (MAN 1 YK)-Tidak semua anak bangsa mendapatkan kesempatan melanjutkan studi di luar negeri dan raih beasiswa, hingga sukses. Seperti yang dialami Dr.Khamami Zada seorang Alumnus MAPK MAN 1 Yogyakarta tahun 1994, angkatan ke-5.
Akhir-akhir ini, ia baru saja menyelesaikan studi magisternya di bidang Ilmu Hukum U Université de Perpignan, Perancis. Saat ada kegiatan di Yogyakarta, ia sempatkan diri untuk berkunjung di almamater lamanya, yaitu Asrama MAN 1 Yogyakarta, Selasa(24/1) kemarin malam.
Sosok kelahiran Pemalang, 2 Januari 1975 tersebut, hampir seumur hidupnya dihapiskan untuk menuntut ilmu, berbagai disiplin ilmu ia kuasai, hingga berhasil menyandang ragam gelar yaitu S1 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, S2 dan S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tidak puas dengan itu, kemudian Khamami, demikian sapaan akrabnya, mengambil lagi S1 Ilmu Hukum di UIN Syarif Hidayatullah. Setelah meraih gelar S1 lantas ia berhasil meraih gelar magister (S2) Ilmu Hukum di Université de Perpignan, Perancis. Dan semua itu ia jalani dengan beasiswa.
Kehadiran Khamami di Asrama MAN 1 Yogyakarta disambut penuh antusias para santri. Ia hadir dengan didampingi adik kelasnya yang dulu, Suyanto, M.Pd. yang sekarang menjadi Guru dan juga Wakil Kepala MAN 1 Yogyakarta Bidang Keagamaan.
Di hadapan para santri, ia bercerita dan berbagi pengalaman masa-masa mengenyam pendidikan dan pengajaran di madrasah ini, hingga ia berhasil meraih gelar doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan magister di Perancis.
Ia mengungkapkan, untuk meraih kesuksesan, seorang santri harus berani mempunyai mimpi. Menurutnya, mimpi menjadi pendorong seseorang untuk bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Seperti dirinya dulu, sejak belajar di madrasah ini sudah bermimpi dan bercita-cita untuk studi di luar negeri, yakni di Kanada. Kini mimpinya itu terwujud, walaupun tidak di Kanada akan tetapi di Perancis.
Ia juga mengingatkan para santri akan pentingnya menguasai bahasa asing. Belajar bahasa asing menurutnya sangat mudah, asalkan serius dan terus menerus atau bersambung setiap harinya. Ia telah membuktikan sebelum berangkat ke Perancis, ia mampu menguasai bahasa tersebut dalam waktu 6 bulan.
Selain spirit mimpi tutur Khamami, seorang santri harus ‘ngalap berkah’ dengan cara menghormati para guru. “ta’dhim(menaruh rasa hormat-red) sama guru dan dosen, mereka menjadi wasilah, yang menyampaikan ilmu kepada kita,”ujarnya.