Bantul(MAN 1 YK)—Antara ilmu pengetahuan satu dengan lainnya mempunyai hubungan, bahkan di era millennial 4.0 ini, dikotomi ilmu pengetahuan semakin memudar. Bahkan, alam semesta ini akan menjadi kacau dan rusak, kalau menggunakan hanya satu ilmu saja.
Hal tersebut diungkapkan Penceramah H.Jarot Wahyudi, SH. MA, dalam pengajian keluarga MAN 1 Yogyakarta( guru dan pegawai), Ahad(28/10) pagi, di Bale Catur INN Jl. Sunan Kudus No.8, Durenan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Seiring dengan perkembangan teknologi, lanjut Jarot, semua data dan informasi terpusat pada smartphone. Maka, antar a ilmu pengetahuan sangat dekat dan tidak berjarak lagi. “Dunia kalau hanya menggunakan satu ilmu maka akan menjadi rusak,”tandasnya.
Untuk itu ia mengingatkan akan pentingnya berjama’ah dalam amal baik dan berkolaborasi lintas ilmu pengetahuan. Bahkan, di beberapa negara yang maju, seperti Jepang, pembelajaran di kelas sudah secara tematik, yaitu pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Faktanya, terang Jarot, para ulama Islam klasik, seperti Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari Penyusun Tafsir Al-Tabari atau Ath-Thabari yang aslinya berjudul "Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an, sudah memulainya dengan knowledge management (Manajemen Pengetahuan). Sikap terbuka juga dimiliki oleh ulama klasik seperti Abu Mudhar, yang membiayai murid-murid yang cerdas untuk berguru ke guru lainnya setelah berguru kepadanya.
Jarot juga menambahkan, setidaknya ada tiga hal penting yang harus dimiliki lembaga pendidikan, yaitu memiliki attitude yang baik, keseimbangan antara kognitif dan afektif, serta deferensial atau ciri khas yang dimiliki madrasah. Kemudian tidak berhenti belajar, terus mendorong dan motivasi untuk menuntut ilmu.
Senada dengan Jarot, Kepala MAN 1 Yogyakarta Drs.H.Wiranto Prasetyahadi, M.Pd. menuturkan, walaupun saat ini teknologi semakin canggih, seperti pemanfaatan E-learning, para siswa tetap membutuhkan guru. Hal itu untuk pembentukan karakter yang baik. Menurutnya, nilai tinggi dan banyaknya prestasi tidak akan berarti kalau tidak disertai dengan akhlakul karimah.(dzl)