Yogyakarta (MAN 1 YK)—Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) menjadi momentum yang sangat penting, untuk mengenalkan lingkungan madrasah dan menanamkan, serta menguatkan karakter peserta didik baru. Terutama bagi siswa baru yang merupakan generasi bangsa, yang akan hidup bersama masyakarat yang majemuk dan mempunyai perbedaan suku, ras, bahasa, dan budaya, serta agama. Seperti yang diungkapkan Kabid Dikmad Kemenag DIY, Muntolib, S.Ag, M.S.I., dalam membuka kegiatan Matsama MAN 1 Yogyakarta, Senin (12/07/2021) pagi, via Zoom Meeting.
“Karakter menjadi kelebihan kita. Baik dalam masa pendidikan di madrasah maupun di luar; studi perguruan tinggi dan dunia kerja, agar kalian menjadi generasi bangsa yang kita harapkan,” pinta Muntolib.
Lanjut Muntolib, moderasi beragama juga sangat penting. Jika wawasan keagamaan dihubungkan dengan kebangsaan, maka akan menjadi wawasan kebangsaan yang kuat, memberi manfaat untuk nusa dan bangsa. Ungkapnya, latar belakang siswa madrasah ini berbeda-beda, akan tetapi madrasah ini mampu memberi inovasi dalam moderasi beragama.
“Kami sangat bangga dengan prestasi-prestasi madrasah ini. Kalian adalah anak-anak pilihan. Karena keterbatasan kuota, sehingga dari sekian banyak siswa tidak dapat diterima semua. Kami berharap kalian akan menjadi anak yang hebat, mandiri dan berprestasi, serta mampu berinovasi dan berkreasi, produktif untuk bangsa,” harapnya.
Terang Muntolib, animo masyakarat untuk menyekolahkan putra-putri mereka di madrasah ini sangat tinggi, karena madrasah ini pilihan dan unggul. Untuk itu, ia berpesan kepda seluruh civitas akademika, agar apa yang sudah dikonsepkan dengan baik diterapkan. Agar madrasah ini menjadi percontohan, dan dapat dicontoh oleh madrasah-madrasah lain.
Pembukaan Matsama berlangsung khidmat. Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan penjelasan tentang sejarah MAN 1 Yogyakarta dan pengenalan lingkungan madrasah oleh Endang Sri Utami, M.Pd.
Guru Bahasa Inggris yang akrab disapa Endang itu menjelaskan tahapan dan sejarah berdirinya MAN 1 Yogyakarta meliput tiga fase. Pertama, SGHA tahun 1950 (Berdasar UU no 4 tahun1950) dengan tujuan; mencetak tenaga professional yang siap mengembangkan madrasah dan sekaligus ahli keagamaan yang professional. Kedua, PHIN tahun 1954 dengan tujuan, membentuk hakim-hakim yang pada saat tersebut merupakan kebutuhan yang mendasar.
Ketiga, MAN Yogyakarta 1 tahun 1978 dengan tujuan memberikan pendidikan secara umum, tidak mengkhususkan satu bidang. Kedudukannya sederajat dan sama dengan SMA sesuai SK Kemendikbud Nomor 0489/U/1999. (dzl)