Yogyakarta (MAN 1 YK) -- Nafisa Anindya Kusumo siswi kelas 10 MIPA, MAN 1 Yogyakarta berhasil raih juara 3 kategori Speedkicking pada National Open Tournamen Taekwondo Championship, Piala Pangdam XVI Pattimura, Pangdam XVI Pattimura bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga RI, Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat, Pengurus Besar Taekwondo Indonesia dan Pengurus Taekwondo Indonesia Provinsi Maluku, berlangsung Kamis-Minggu, (26-29/08/2021).
Kompetisi yang dibuka untuk semua kelas, baik pemula dan prestasi, diklasifikasi berdasarkan usia, berat badan dan tingkatan sabuk. Ia masuk di kategori Cadet Putri, karena masuk di rentang usia 12 - 14 tahun. Tingkatan sabuknya adalah Merah Strip Dua. “Tahun depan (2022) saya baru mulai masuk di kategori Junior (usia 15-18 tahun),” ujarnya, saat dihubungi, Senin (13/08/2021) pagi.
Lanjutnya, kompetisi ini adalah kompetisi pertama yang dilaksanakan di masa pandemi, sehingga jika pada kompetisi pada kondisi normal semua atlit bertemu dan bertanding baik itu untuk Poomsae (jurus) maupun untuk Kyorugi (tarung).
Namun karena di masa pandemi ini Kyorugi tidak bisa dilaksanakan sehingga diganti dengan Speedkicking, yaitu atlet Kyorugi yang menampilkan jurus. Bedanya dengan Poomsae, rangkaian jurusnya sudah aturan dan urutannya namun untuk Speedkicking dinilai adalah kecepatan, jumlah, dan tingkat kesulitan tendangan yang ditampilkan.
“Saya adalah atlit Kyorugi sehingga pada kompetisi ini saya mengambil kategori Speedkicking,” ungkap putri dari pasangan Wisnu Dani Kusumo, SH, MH. dan Asriani Pravita Indraswuri, ST. kelahiran Sragen, 25 Juli 2007 itu.
Kondisi pandemi ini pun tidak memungkinkan kami untuk berkumpul di lokasi penyelenggara pertandingan sehingga kami harus melakukan perekaman video dengan aturan-aturan tertentu, seperti batas waktu perekaman berapa detik, jarak antara kamera dengan atlit, larangan untuk melakukan pengeditan, dan sebagainya. Sehingga dua minggu sebelum hari penjurian, kami sudah harus mengirim semua rekaman video untuk terlebih dahulu ditata sesuai tingkatan kategorinya.
Kondisi pandemi yang sudah berlangsung sekitar satu setengah tahun membuat stamina semua atlit sedikit terganggu, karena latihan yang biasanya rutin dilaksanakan setiap 2-3 hari di masa pandemi belum bisa dilakukan secara langsung. Akibatnya, hal yang pertama dilaksanakan adalah memperbaiki fisik masing-masing atlit, termasuk dia. Selanjutnya, latihan difokuskan untuk menguasai jurus-jurus yang tingkatannya sulit, karena semakin sulit jurus tendangan yang atlit lakukan maka nilai poin yang diterima akan semakin besar.
“Kejuaran virtual ini merupakan kejuaraan virtual pertama yang saya lakukan, biasanya saya langsung bertarung, bertemu langsung, satu lawan satu dengan lawan, namun untuk kali ini hanya bisa menampilkan kecepatan jurus-jurus. Sehingga antara bertemu langsung dengan bertemu melalui virtual sangatlah beda. Gregetnya pasti kurang, rasa keinginan untuk melampiaskan tendangan dan pukulan kepada lawan langsung tidak bisa dilakukan,” ungkapnya.
Ia juga menceritakan, pertama kali dikenalkan dengan Taekwondo adalah saat ia mulai belajar membaca dan menulis. Kebetulan lokasi les baca tulis sama dengan lokasi latihan Taekwondo sehingga saat itu, sekitar usia 5 tahun ia mulai bergabung dengan Taekwondo.
“Karena seni beladiri terutama taekwondo ini sangat penting untuk dipelajari. Selain untuk pelajaran bela diri namun juga bisa menambah prestasi dan relasi,” pungkasnya. (dzl)