Yogyakarta (MAN 1 YK)—Di era global seperti saat ini, mendorong insan pendidikan untuk mencermati, bahwa kesiapan dan kemampuan setiap siswa dalam menyerap mata pelajaran berbeda-beda, karena itulah dibutuhkan suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang inovatif, kreatif dan representative.
Hal tersebut terungkap dalam ‘Workshop peningkatan kompetensi guru di era milenial berbasis Informasi Teknologi dengan pelayanan Sistem Kredit Semester (SKS)’ yang digelar MAN 1 Yogyakarta, Rabu (5/8/2020) pagi, di Aula lantai 2.
Wakamad Bidang Kurikulum Taufik Zamhari, M.Sc. menjelaskan, mengikuti protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran virus corona (covid-19), maka kegiatan ini dilaksanakan tiga tahap. Tahap pertama, tentang layangan SKS. kedua, tentang pembuatan modul Unit Kegiatan Belajar Mandiri(UKBM), dan yang ketiga, pembinaan guru dan pegawai.
Lanjutnya, pertemuan pertama ini, menghadirkan narasumber Konsultan Pendidikan Dr. Eko Supriyanto, S.H., M.H. dan peserta dibatasi hanya 25 guru.
Kepala MAN 1 Yogyakarta Drs.H.Wiranto Prasetyahadi, dalam membuka kegiatan menyampaikan, pada perkembangannya karena input siswa madrasah bagus, sehingga para siswa madrasah ini mempunyai kemandirian belajar yang bagus pula. Untuk itu lanjutnya, sangatlah mungkin madrasah menerapkan SKS. “Semoga layanan SKS yang akan kita terapkan mulai tahun ini, bisa berjalan lancar,” harapnya.
Sementara itu Eko Supriyanto dalam paparannya mengungkapkan, lembaga pendidikan semestinya menyadari akan diferensiasi kemampuan dan karakteristik siswa. Lanjutnya, kemampuan siswa yang berbeda-beda dengan cara sistem pendidikan yang sama merupakan sebuah pembodohan. Untuk itu menurutnya, dimungkinkan layanan yang unik dan individual seperti Sistem Kredit Semester (SKS).
Namun demikian ia juga mengingatkan, agar SKS diterapkan dengan benar pada lembaga pendidikan. “Tujuan SKS; memberi peluang yang adil pada siswa sesuai dengan habitatnya sehingga administrasi tidak boleh diutamakan dan menjadi penghalang,” ujarnya.
Langkah awal yang harus ditempuh sekolah atau madrasah sebelum menerapkan sistem ini adalah melakukan pemetaan(sortir) kemampuan dasar siswa. Karena itu menurutnya, sistem SKS ini bisa “on off” atau fleksibel bisa diterapkan dan bisa tidak, sesuai kondisi dan kemampuan dasar pada siswa. Selanjutnya, dalam pemetaan itu sekolah atau madrasah dapat memilih materi esensial (Kurikulum Esensial) dan menghapus materi yang tidak dibutuhkan.
Dikatakan beberapa ciri khas layanan pembelajaran SKS, antara lain; Pendulum otonomi akademik pada siswa, adanya pemetaan KD, pencapaian KD dilakukan per KD, adanya layanan leveling –inklusi, adanya pembedaan buku teks pelajaran(BTP) dan Unit Kegiatan Belajar Mandiri(UKBM), keutuhan kompetensi pada ada pada keutuhan KD, pelaksanaan SKS bisa homogen atau heterogen.
Selain itu lanjutnya, desain kurikulum, asesmen dan belajar berbasis IQ, kemampuan, gaya belajar dan minat siswa, dan penilaian dilakukan dengan kriteria keutuhan KD, serta memenuhi berbagai form administrasi. (dzl)